Aceh Selatan, Sebuah Pesona di Barat
Selatan Aceh
Sekilas Aceh Selatan.
Assalamualaikum
rakan..
Jika bicara
tentang pantai Barat Selatan Aceh, pasti yang terbayang di kepala kita adalah
pantainya yang indah, putih, bersih, dan sedap di pandang mata. Gunung yang
tinggi, jalan tol bantuan USAID, Geurutee, Lamno, Calang, Meulaboh, dan angin
sepoi adalah sedikit teman yang menemani perjalanan menuju Aceh Selatan dari Banda Aceh. Itulah sekilas bayangan yang dipikarkan oleh orang – orang yang saya wawancarai
di salah satu warung kopi populer di Simpang Lima, Banda Aceh.
Ada satu negeri di sana yang bagi saya pribadi
adalah negeri yang elok, indah, dan permai. Ya, itulah Kabupaten Aceh Selatan, kampung halaman saya. Sebelum kita
mulai mengenal Aceh Selatan berikut akan saya paparkan beberapa data yang saya
kutip dari Situs Resmi Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan pada Januari 2013.
Letak astronomis pada 02º12’
- 03º40’ LU dan 97º00’ - 98º50’ BT, yang secara geografis berbatasan
dengan Aceh Barat Daya
di barat laut, Kota Subulussalam di Tenggara,
Gayo Lues dan Aceh Tenggara di Utara , Aceh Tenggara di Timur, Laut
Indonesia di Barat dan Selatan. Uniknya, Ibukota
Aceh Selatan, Tapaktuan, posisinya diapit antara laut dan gunung. Posisinya
memang 'terjepit', jadi bisa dibayangkan bagaimana ukuran kotanya. Terbentang
dari Labuhan Haji Barat membujur terus
ke arah tenggara hingga kecamatan
Trumon Timur yang terdapat kira-kira 260
gampong yang berada di dalam 18 kecamatan.
Dari data
yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal
mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan
kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan luas
254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya
tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat
(diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki luas terbesar yakni 152.648
hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar
(9,92%).Suhu udara di Aceh selatan berkisar antara 28 derajat - 33
derajat.Curah hujan Aceh Selatan berkisar antara 2000 sampai 3700
mm/tahun.Kecepatan angin di Aceh Selatan berkisar 9 - 14 knot. Sementara
itu, sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah
kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah jenis tanah regosol
(hanya 5,213 ha).
Selain etnis Aceh, Kabupaten
Aceh Selatan merupakan wilayah yang banyak didiami oleh masyarakat etnis keturunan Minangkabau
atau yang lebih dikenal dengan Aneuk Jamee yang berbahasa Jamee pula, dan etnis Kluet
yang terdapat di Kluet Raya yang
menggunakan Bahasa Kluet.
Di Kecamatan Tapaktuan sendiri
juga telah lama didiami oleh etnis Tionghoa yang hidup dengan rukun dan menjadi
warna tersendiri di Tapaktuan. Di Tapaktuan juga banyak di jumpai etnis Jawa
dan Sunda yang sengaja datang ke Tapaktuan untuk mencari peruntungan mereka
sebagai pedagang.
Untuk akses menuju Aceh
Selatan, khususnya Ibukota Kabupaten Tapaktuan sekarang ini sudah sangat nyaman dan aman.
Melalui jalur darat dapat
ditempuh dari Medan dengan 9 jam pejalanan dan dari Banda Aceh dapat ditempuh
dalam 7 jam. Melalui Laut tersedia kapal feri dengan rute Sinabang – Labuhan Haji.
Dan lewat jalur udara dapat ditempuh dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh dan dari Bandara Kuala Namu, Deli Serdang.
Di Tapaktuan juga sudah banyak penginapan berupa hotel dan losmen yang harganya
terjangkau juga nyaman.
Sejarah terbentuknya Aceh Selatan
Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri sebagai
kabupaten otonom, calon wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah bagian dari
Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan
disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.
Tetapi Bupati Aceh Selatan mengesahkan bahwa Kabupaten Aceh Selatan lahir pada
tanggal 28 Desember 1945, dan Perayaan Ulang Tahun Aceh Selatan yang diadakan
tiap tahunnya oleh Pemkab Aceh Selatan pada tanggal 28 Desember.
Pada tahun 2002, Aceh Selatan dimekarkan
menjadi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat Daya yg beribukotakan Blang
Pidie,dan Kabupaten Aceh Singkil yg beribukotakan Singkil, dan Aceh Selatan
sendiri.
(
Untuk informasi lengkap mengenai sejarah terbentuknya Aceh Selatan silahkan
baca artikel dari Pemkab ini. )
Lambang Daerah
Keadilan
yang dilambangkan dengan lukisan daun dacing (timbangan) masing-masing
tergantung di ujung rencong yang terletak di atas kubah mesjid;
Kerukunan
yang dilambangkan dengan lukisan kubah mesjid;
Kemakmuran
yang dilambangkan dengan lukisan padi, pala, nilam, cengkeh kapas dan cerobong
pabrik;
Kepahlawanan
yang dilambangkan dengan lukisan pedang;
Ilmu
pengetahuan yang dilambangkan dengan lukisan kitab dan kalam;
Lambang
daerah berbentuk cerana sirih bersegi 5 (lima) sebagai isyarat kepada falsafat
negara Pancasila yang mengandung pengertian bahwa Setya bhakti yang
melambangkan falsafah hidup rakyat dan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan
terletak pada wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Warna
biru laut, kuning, hijau, hitam dan putih mengandung pengertian damai,
kejayaan, kesejahteraan/kemakmuran, keabadian dan kemurnian.
Bupati dan Wakil Bupati Aceh Selatan periode 2013 - 2018 adalah Bapak H. T. Sama Indra, S.H dan Bapak Kamarsyah, S.sos, M.M.
Aceh Selatan memiliki kecamatan sbb :
1.
Labuhan Haji Barat
2.
Labuhan Haji
3.
Labuhan Haji Timur
4.
Meukek
5.
Sawang
6.
Samadua
7.
Tapaktuan
8.
Pasie Raja
9.
Kluet Utara
10.Kluet Tengah
11.Kluet Selatan
12.Kluet Timur
13.Bakongan
14.Kota Bahagia
15.Bakongan Timur
16.Trumon
17.Trumon Tengah
18.Trumon Timur